Penemu Sistem Peredaran Darah
Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi
Sayang seribu sayang, buku tentang ilmu Biologi yang selama ini kita baca tak pernah lupa untuk dihiasi oleh nama-nama tenar ilmuwan barat, itupun tanpa pernah memberikan kesempatan bagi ilmuwan islam yang berpengaruh besar untuk bergabung di dalamnya. Ironisnya, mereka-mereka yang telah berjasa besar ini seolah terkubur dalam kegemerlapan dunia sains yang buta dan terkadang penuh kontroversi. Tak ayal, nama-nama dari mereka ini terkadang sangatlah asing di telinga, itu setelah kerja keras dan segala apa yang mereka berikan demi kemajuan dunia. Inilah tentu yang menjadi satu kesempatan emas bagi ilmuwan tak bertanggung jawab lain untuk membalik nama karyanya demi eksistensi pribadi.
Salah satu ilmuwan islam yang merupakan korban distorsi sejarah adalah Ibn Nafis.
Pria jenius dalam bidang kedokteran ini terlahir ke dunia di Syam, dan menghabiskan masa mudanya di Damaskus. Ia lebih dikenal dengan nama al-Damisqi, lalu al-Mishri usai ia menghabiskan sebagian besar usianya di Kairo, Mesir. Oleh para penggemarnya, ia dijuluki sebagai The Second Avicenna (Ibn Sina Kedua). Itu karena banyak ajaran dari Ibn Sina yang berpengaruh besar di dalam dirinya, termasuk kemampuan hebat kedua tokoh ini yang tak bisa lagi ditandingi oleh siapapun di masa itu.
Keberhasilan terbesar dari Ibn Nafis adalah ketika ia menemukan Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonary Circulation). Di dalam sistem ini, darah akan keluar-masuk Paru-paru untuk pergantian Oksigen-Karbon dioksida, dengan Hemoglobin sebagai pengikat Oksigen bebas di dalam darah menjadi HbO2 (Oksihemoglobin). Darah kemudian akan mengalir ke Hati untuk menyuplainya ke seluruh organ.
Sayangnya, dunia lebih mengenal nama William Harvey sebagai penemu Sistem Peredaran Darah Kecil ini. Padahal, ilmuwan Inggris ini baru meneliti hal tersebut 300 tahun setelah Ibn Nafis menjelaskan Sistem Peredaran Darah Kecil ini dengan begitu detail.
Selain itu, Ibn Nafis juga menyebutkan beberapa pertentangan teori Ibn Sina terkait dengan pasokan darah menuju Hati. Ia berpendapat jika peredaran darah ke hati dilakukan melalui urat darah halus yang tersebar di seluruh bagian hati dan bukan di jantung sebelah kanan saja. Inilah konsep pertama yang melahirkan Sistem Peredaran Darah pada pembuluh darah Jantung (Coronary Arteries).
Dalam teorinya, Ibn Nafis juga mengungkapkan bahwa peredaran darah menuju Paru-paru bertujuan untuk proses pengambilan Oksigen, dan bukan untuk ‘memberi makan’ Paru-paru tersebut, sebagaimana perihal yang dipercaya oleh banyak kalangan dokter pada masa itu. Ibn Nafis juga menyatakan bahwa dinding urat darah halus pada Paru-paru memiliki dua lapisan dibandingkan dengan dinding pembuluh darah, namun keduanya tetap saling berhubungan untuk mengalirkan darah meskipun memiliki karakteristik yang berbeda. Teori inilah yang kemudian diklaim oleh seorang bernama Serveto dan dokter Italia bernama Matteo Colombo (1516-1559).
Selain Sistem Sirkulasi, Ibn Nafis juga berhasil menemukan salah satu jenis pembuluh darah yang menampung jumlah darah terbesar di dalam tubuh dan memiliki dinding yang sangat lembut. Pembuluh darah inilah yang akhirnya kita kenal sebagai Pembuluh Kapiler (Capillaries). Selain itu, ia juga mampu menyebutkan fungsi kedua dalam pembuluh Arteri Jantung, yaitu sebagai pemasok darah bagi otot Jantung (Cardiac Musculature).
Semua kegemilangannya ini di dapatnya berkat pendidikan kedokteran yang ia tempuh di masa muda, yaitu di Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran, al-Bimarstan an-Nuri, Damaskus. Setelah cukup mengenyam pendidikan Kedokteran dan Hukum Islam di sana, Ibn Nafis pindah ke Kairo untuk bekerja di Rumah Sakit al-Nassiri, dimana di sinilah ia banyak belajar tentang ilmu kedokteran lebih lanjut. Berkat prestasinya, dalam waktu singkat ia lalu menjadi direktur yang memimpin di rumah sakit tersebut.
Ibn Nafis dikenal sebagai seorang yang taat beragama dan gemar menimba ilmu hingga dia tak sempat untuk menikah. Ia juga dikenal sebagai seorang yang sangat berani dalam mengemukakan pendapat, sekalipun bertentangan dengan Teori Ibn Sina dan Galen, namun hal inilah yang justru membuatnya berhasil menemukan ataupun memperbaiki teori-teori baru. Karena kepasrahannya terhadap Allah SWT, ia pernah menolak melalui pengobatan dengan meminum arak, meskipun pada saat itu Ibn Nafis sedang dalam kondisi sangat kritis. Ia merasa sangat malu jika harus bertemu dengan Sang Penguasa dalam keadaan mulut yang berbau arak.
Meskipun banyak karya-karyanya yang telah diakui oleh orang lain (hingga ia sendiri sama sekali tak dikenal di dunia Biologi), Ibn Nafis adalah seorang yang berjasa besar dalam ilmu anatomi tubuh. Ia juga mampu memberikan penerangan terhadap banyak ilmuwan Biologi lainnya untuk menemukan gagasan-gagasan baru demi kemajuan ilmu pengetahuan. Berkatnya, banyak ilmuwan tenar lahir dan Ilmu Kedokteran & Biologi mencapai taraf peradaban yang sangat tinggi.
sumber : http://akbarsyahputra.web.unej.ac.id/2016/06/05/ibn-nafis-penemu-sistem-peredaran-darah/
Komentar
Posting Komentar